RENUNGAN KITA

This world is a miracle. One invention produce a thousand questions. Let's do something to make this world more valuable.

01 August 2006

"Siapa yang tidak mempunyai, apapun yang ada padanya akan diambil dari padanya !"

Berkali-kali saya membaca ataupun mendengar kalimat itu. Pada mulanya saya tidak menemukan hal yang penting di dalamnya. Namun, lama kelamaan saya merasa harus mencari tahu apa makna yang terkandung dari kalimat yang diucapkan Tuhan Yesus tersebut. Ternyata, kalimat itu memiliki arti yang sangat dalam dan nyata. Seluruh ajaran Tuhan itu penting. Ayat lengkapnya adalah:

Matius 25
29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.

Kata kuncinya adalah kata-kata "tidak memiliki". Saya pikir tidak memiliki sama artinya dengan miskin. Tuhan tidak mungkin akan mengambil segala sesuatu yang dimiliki si miskin, sementara yang kaya akan dijadikan semakin kaya. Padanan katanya sulit didapat dalam bahasa Indonesia, namun dalam bahasa Jawa ada, yaitu kata HANDARBENI. Celaka sekali orang yang memiliki sesuatu namun tidak memiliki sifat handarbeni.

Orang yang sehat namun tidak memperhatikan istirahat, makan tidak sehat dan pikirannya juga tidak sehat, berarti tidak (merasa) memiliki kesehatan atau handarbeni kesehatan. Hampir pasti dia akan sakit. Kalau sudah sakit berarti kesehatannya telah diambil. Kalau kesehatannya diambil, uang yang ada padanya juga diambil, karena dia terpaksa berobat. Waktu untuk menikmati hidup juga diambil, karena harus istirahat. Lebih celaka lagi, kalau sampai perkerjaannya juga diambil. Sebab mungkin saja dia diberhentikan dari perusahaannya karena kesehatannya itu. Itu merupakan contoh konkret dalam scope yang kecil. Sejak semula saya malah sudah merenungkan, mengapa bangsa Indonesia sedemikian semrawut, tidak aman, tidak nyaman dan manusianya semakin tidak berperikemanusiaan.

Kita memiliki hutan, namun tidak merasa memiliki. Pohon-pohon ditebang seenaknya. Akibatnya, hujan tidak turun beberapa bulan saja mata air segera menghilang. Sebaliknya, hujan besar beberapa hari saja, banjir dan tanah longsor datang tanpa ampun.

Karena ingin uang dengan cara mudah, minyak goreng dicampur solar. Air mineral kemasan dipalsukan dengan air ledeng. Makanan diawetkan dengan formalin atau boraks. Es buah diberi pewarna pakaian. Akibatnya sungguh tragis. Kini masyarakat diserang bermacam-macam penyakit.

Lingkungan hidup kita kaya raya, namun kita tidak merasa memiliki. Tokek diburu untuk dimasak. Kelelawar dijadikan sate. Ular dijadikan abon. Burung-burung ditembaki dan dijadikan lauk. Ikan disungai kalau tidak digranat, disetrom ya di racun. Betapa rakusnya manusia Indonesia !. Lihatlah sekarang, penyakit merajalela, terutama penyakit yang dibawa nyamuk. Kenapa senapan angin tidak dilarang ?

Lebih jauh lagi, lihatlah, betapa kita tidak merasa memiliki bahwa kita ditakdirkan hidup di bumi Indonesia yang penuh dengan keanekaragaman. Namun banyak yang tidak merasa memiliki hal itu. Mereka berusaha memaksakan kehendaknya, ingin mengganti ideologi yang bernafaskan satu dalam keragaman tersebut, dengan ideologi mereka. Menganggap bahwa orang lain yang tidak sepaham itu orang najis, ahli waris neraka !.

Sebagian dari mereka yang lebih fanatik, malah bertindak atas nama Tuhan untuk menghancurkan orang lain. Padahal Tuhan sendiri tidak berbuat seperti itu. Mereka memperTuhankan dirinya. Ini sudah barang tentu lebih parah dibanding tuduhan mereka atas orang yang memperTuhankan manusia. Akibatnya ? Jelas, apa-apa yang ada pada kita, pelan tapi pasti, sedang diambil.

Pendidikan menjadi tidak bermutu. Ini karena sekolah didirikan bukan untuk mencerdaskan bangsa, melainkan untuk mematikan sekolah-sekolah yang didirikan oleh golongan tertentu. Ini berlaku juga pada rumah-sakit-2, perbankan dan hampir di semua bidang dan sendi kehidupan. Negara Indonesia tidak akan pernah maju, kecuali sebagian besar manusia Indonesia disadarkan untuk memiliki apa-apa yang telah Tuhan berikan. Milikilah keragaman ini, niscaya Tuhan akan menambahkan kemajuan dan ketentraman.

1 Comments:

At 9:31 AM, Blogger Unknown said...

Pencerahan yang luar biasa. Demikian juga dengan Kasih Allah. Siapa yang tidak "merasa" memilikinya, maka akan diambil dari padanya. Tetapi siapa yang memiliki Kasih Allah dan bersyukur oleh karenya dan berbagi kasih di antara sesama, maka Allah akan melimpahkan Kasih-Nya bagi kita semua.

 

Post a Comment

<< Home